Ini Tanggapan Dari Pemerintah Israel Terkait Bitcoin

Bitcoin menjadi mata uang virtual pertama yang memiliki nilai tukar yang tinggi di pasaran. Sejak diciptakan tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto, nilai pasar bitcoin terus merangkak naik. Beberapa negara besar mulai ikut memasukannya dalam antrian pasar investasi. Negara Adidaya seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa juga tidak ketinggalan untuk memiliki aset dari bitcoin. Jika dulu bitcoin hanya dihargai $ 0,1 per 1 BTC, sekarang nilainya sudah meroket berkali-kali lipat.

Kendati demikian, seiring meroketnya prestasi yang dimiliki, banyak buntut masalah yang perlahan mulai terangkat. Hal inilah yang membuat beberapa negara yang tadinya melegalkan peredarannya, berbalik arah dan melarangnya. Salah satunya adalah negara Israel. Negara yang beberapa kali mengalami konflik dengan negara lain ini juga turut mengeluarkan suaranya tentang mata uang virtual yang telah menjajaki pasar Amerika Serikat tersebut.

Ternyata otoritas keuangan Israel berencana untuk melarang penggunaan mata uang virtual yang salah satunya adalah bitcoin sebelum dibuat peraturan resmi terkait peredarannya di negara tersebut. Larangan tersebut membuat perusahaan berbasis cryptocurrency yang terdapat di Tel Aviv harus menunda transaksinya. Kepala Otoritas Keamanan Keuangan Israel, Shmuel Hauser mengatakan bahwa pengelola saham akan membahas proposal terkait transaksi mata uang digital di negara tersebut.

Beliau juga meyakinkan jika peraturan resmi belum di keluarkan maka peredaran uang virtual tersebut tidak bisa dilakukan. Sedangkan untuk beberapa transaksi menggunakan uang virtual yang sudah berjalan akan ditangguhkan. Pemerintah sepertinya merasa bahwa peredaran bitcoin tanpa aturan yang jelas dari pemerintah akan membahayakan warga negaranya.

​

Israel membuat “bitcoin”sendiri

Israel adalah salah satu negara yang mengaku memiliki rencana membuat mata uang virtualnya sendiri. Keputusan ini diambil seiring dengan keyakinan bahwa mata uang yang tersentralisasi dapat mengurangi ekonomi hitam negara tersebut. Tampaknya keputusan ini juga sudah di setujui oleh Bank Sentral Israel.

Saat ini output nasional Israel sebesar 22 persen berasal dari praktik ekonomi hitam yang tidak diatur serta ilegal. Hal ini juga menyebabkan negara kehilangan pendapatan pajak sebesar ILS50 miliar atau setara dengan $ 5,76 miliar. Pemerintah Israel tentu berusaha untuk mengatasi masalah ini. Jika nantinya proposal pembuatan mata uang cryptocurrency ini ditindaklanjuti oleh Bank Sentral Israel, maka pejabat pemerintah siap mengusulkan pada anggaran 2019.

Keinginan Israel untuk menciptakan mata uang virtualnya ini sedikit banyak terinspirasi dari popularitas bitcoin yang sedang meroket serta digadang berpotensi memecahkan masalah praktis. Selain nantinya diharapkan dapat mengurangi masalah pasar gelap, sistem pembayaran dengan uang digital ini juga diharapakan mempercepat laju perekonomian Israel saat ini.

Dibandingkan dengan bitcoin yang memiliki sifat terdesentralisasi, mata uang digital yang akan diciptakan ini nantinya akan mengusung sifat terpusat atau tersentralisasi yang diharapkan tidak rentan terhadap volatilitas harga, ancaman pencucian uang serta menjadi alat investasi yang aman.

Mata uang digital nasioanl yang bersifat tersentralisasi ini memang menarik bagi beberapa pihak. Bukan hanya di Israel, negara-negara seperti Rusia dan Swedia juga mempertimbangkan peluncuran mata uang digital serupa. Kendati demikian niat tersebut masih terhalang oleh beberapa pihak yang merasa bahwa menerbitkan mata uang digital adalah hal yang perlu di kaji lebih dalam dan mendasar.

Saat ini masa depan dari mata uang digital nasional memang belum terlihat jelas. Namun dengan iming-iming mata uang tersebut dapat menghindarkan negara dari kasus pencucian uang, penyalahgunaan pajak serta sistem transaksi uang konvensional yang kadang berjalan lambat membuat gagasan ini patut untuk di coba.