Blockchain Melakukan Uji Trade Finance di Hong Kong

Blockchain Melakukan Uji Trade Finance di Hong Kong -Penggunaan bitcoin memang semakin meluas ke seluruh dunia. Bukan hanya tentang mata uang digital bitcoin saja, namun teknologi yang berada di belakangnya turut semakin populer. Bagi negara-negara yang belum bisa menerima bitcoin justru aktif dalam mempelajari teknologi blockchain. Teknologi ini dikenal sangat transparan sehingga semua transaksi dapat dilihat banyak pihak dan tidak dapat diubah. Kini teknologi blockchain telah sampai ke Hongkong.

Baru-baru ini, Hong Kong telah mengembangkan sebuah proyek bersama. Dimana proyek ini sekaligus menjadi bukti dari konsep bahwa Blockchain dapat merevolusi pembiayaan perdagangan. Cara kerja blockchain memang dikenal berbeda dengan pembiayaan perdagangan yang digunakan saat ini. Perbedaannya membuat blockchain menjadi salah satu pilihan teknologi yang terkini sekaligus sangat efektif.

Ada beberapa pihak yang telibat dalam kegiatan ini. Hong Kong Monetary Authority (HKMA), Deloitte dan lima bank termasuk HSBC berada di belakang inisiatif ini. Berdasarkan laporan dari South China Morning Post, proyek ini telah dimulai pada bulan desember dan disimpulkan pada awal bulan ini.

​

“Perkembangan ini menempatkan Hong Kong di posisi jantung dari upaya global untuk mendigitalkan perdagangan, sehingga bisnis menjadi lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah untuk dilakukan”, ungkap manajer produk senior HSBC untuk perdagangan global dan keuangan piutang, Joshua Kroeker.

Penerapan teknologi blockchain dalam perdagangan global didasarkan pada beberapa prinsip. Mengurangi link yang lemah dan inefisiensi menjadi salah satu alasannya. Disamping itu penerapan teknologi blockchain diharapkan dapat mengurangi kesalahan seperti pada dokumen, terkait keamanan atau akuntansi.

Kroeker selanjutnya menjelaskan,

“Sebagai bank pembiayaan perdagangan terbesar di dunia, kami tertarik dalam membantu korporat untuk melacak arus transaksi, mendamaikan transaksi melalui faktur atau pencocokan pesanan pembelian dan mengurangi risiko duplikat pembiayaan bagi bank yang berpartisipasi.”

Angka dari analisis pasar lokal dilakukan pada bulan Januari pada Blockchain sendiri. Teknologi ini bisa menyelamatkan delapan dari sepuluh lembaga investasi perbankan terbesar di dunia hingga $ 12 miliar per tahun. Ini berarti sekitar 30 persen dari biaya infrastruktur tahunan. Sementara itu, kekhawatiran besar di bulan lalu tentang daya saing Hong Kong di pasar fintech karena situasi yang tidak menentu mengenai banyak kebijakan legislatif.

Terlepas dari teknologi blockchain, China sendiri memiliki banyak pengaruh dalam nilai bitcoin. Pada bulan februari lalu, nilai bitcoin mengalami penurunan hingga 9%. Penurunan ini terjadi karena sentimen pasar yang beradal dari berita China. Dua bursa cryptocurrency terbesar di China yaitu Huobi dan Okcoin mengumumkan bahwa mereka menghentikan penarikan dua mata uang digital yang populer digunakan yaitu litecoin dan bitcoin. Ini dilakukan dalam upaya pembaruan perangkat lunak oleh perusahaan. Hal ini dilakukan dalam rangka penyesuaian peraturan yang baru. Bank Rakyat China memang memberlakukan peraturan bagi perusahaan yang terkait dengan bitcoin. Kebijakan dan berbagai peraturan ini tentu bukan untuk membatasi bitcoin namun bagi keamanan pengguna. Sebelumnya aktivitas bitcoin di China telah banyak memberi dampak pada nilai bitcoin dan kejadian ini bukan hanya yang pertama terjadi.

Volume perdagangan serta mining bitcoin dunia sebagian besar terkonsentrasi di China. Wajar saja jika aktivitas terkait bitcoin di China dapat memberi pengaruh pada nilai bitcoin secara global. Teknologi bitcoin memang telah dirancang agar beroperasi tanpa terpusat pada satu titik alias desentralisasi sehingga tidak akan ada pusat tunggal ototritas yang bisa membuat sebuah keputusan pun dnegan mengatasnamakan seluruh pengguna